PERTEMUAN ketiga kelas menulis saya habiskan dengan memeriksa premis tulisan para peserta. Sebagian besar menulis cerita rakyat, baik mitos maupun legenda. Bagi saya, ini kabar baik. Kekayaan budaya kerap kali tidak dianggap karena pragmatisme lebih melihat sumber daya alam yang mudah menghasilkan uang. Tak terkecuali di Karimata, yang dalam ceramahnya medio Oktober 2020, Ustaz Abdul […]Read More
TIAP bangun pagi, dari kamar homestay yang tinggi, saya selalu dibuat terpesona oleh laut Karimata yang membentang memancarkan tiga lapis warna: biru muda dekat pantai, biru toska di tengah, dan biru langit di kejauhan. Lapis paling jauh itu, kalau saja tak ada awan yang mengambang di kejauhan, sangat mungkin membuat sesiapa mengira kalau laut membentang […]Read More
RUPANYA Ale membangunkan Bang Beruk di rumahnya. Dalam keadaan tanpa minyak, genset homestay sering ngadat. Dan Bang Beruk adalah satu-satunya seorang buta huruf yang ahli dalam urusan permesinan apa pun di Dusun Tanjung Ru. “Ambil saja solar saye, lima liter,” tawar Bang Muaweng, si Pak RT yang rumahnya saya jadikan tempat berteduh sekaligus membereskan berkas […]Read More
SAYA masih terperangah dengan belasan halaman tulisan tangan di buku tulis yang mereka tulis dalam keadaan begadang hingga dini hari dengan hanya ditemani pelita ketika Sela, bagai mewakili yang lain, bertanya, “Apakah kami boleh menulis cerita yang lain lagi?” Masya Allah! Sebagaimana Sela, yang lain memandang saya dengan tatapan menunggu. Saya diam, bukan memikirkan tema […]Read More
Bakda Zuhur hari ke-13 itu, Mas Atien membungkuskan rajungan santan sebagai lauk bekal kami di kapal nanti. Pukul 2, saya dan Ale harus bertolak ke Pelabuhan Tanjung Ru. Ghifari membonceng saya, juru masak berdarah sunda itu membonceng Ale. Dalam perjalanan, saya dan Ghifari membincangkan tentang terulangnya drama sebagaimana keberangkatan kami ke Karimata via Sukadana kemarin: […]Read More
SATU November 2021 pukul 9.40 WIB, Lion Air dari Belitung mendarat di Cengkareng dengan air muka lega. Beberapa menit yang lalu, tak sampai dua menit setelah pengumuman bahwa sebentar lagi pesawat kami akan mendarat, terjadi turbulensi hebat yang berujung dengan turunnya pesawat secara mendadak sekitar sepuluh detik! (Sepuluh detik di pesawat itu lama woi!) Di […]Read More
Oleh Benny Arnas Jawa Pos, 17 April 2022 Tiap mendengar Turki, pikiran saya mengingat dua hal sekaligus: penaklukan Konstantinopel dengan Aya Sofya-nya yang megah dan indah pada 1453; dan antitesisnya—Mustafa Kemal Pasha mengusir Abdelmejid II, khalifah terakhir Dinasti Utsmaniyah pada 1924, sekaligus menjadi tonggak sekulerisasi Turki. Oleh karena itu, ketika tiba di Istanbul bakda Asar […]Read More
oleh Benny Arnas Jawa Pos, 21 November 2021 Semua berjalan mundur di Karimata. Saya membuka kelas menulis di Karimata dengan membawa-bawa Andrea Hirata, Asma Nadia, dan Tere Liye sebagai pemantik. Mereka menggeleng dan balas melongo ketika saya mengonfirmasinya dengan tatapan tak percaya tentang ketaktahuan mereka dengan nama-nama yang karya-karyanya dilabeli best seller (baca: dibaca sejuta […]Read More
Oleh Benny Arnas Catatan Perjalanan, 29 OKtober 2021 Dari enam peserta kelas menulis yang bertahan, lima di antaranya tinggal di Desa Padang. Hanya Karin, peserta termuda yang masih duduk di kelas 3 SMP, yang tinggal di Sungai Abun. Artinya, 8-10 kilometer adalah jarak yang harus kami tempuh bolak-balik agar bisa menghadirkan mereka ke homestay. Di […]Read More
SAYA menoleh ke Karin ketika laki-laki itu meneriakkan namanya. Gadis 15 tahun itu mendekat dengan kepala tertunduk. Perhatian saya masih diam-diam tertuju ke parang mengilap di tangan laki-laki yang memanggilnya. “Jadi ini Pak Benny?” ia melihat ke saya setelah Karin mendekat. “Saya diberitahu Bang Beruk kalau Pak Benny mau makan ikan mayung,” katanya, tanpa senyum […]Read More