Benny Arnas | Republika, 18 September 2022 LAGI, Kek Vet memaku dirinya di sana. Akhir-akhir ini, ia tak pernah bisa mencegah semburat merah mewarnai biji matanya. Tak hanya itu, ia juga kerap merasakan basah, hangat, bahkan perih mengerubungi kedua bola penglihatannya itu. Bukan karena gerusan masa yang membuatnya serenta dan serapuh itu; bukan juga […]Read More
Tags : Cerpen Benny Arnas
Benny Arnas | Media Indonesia, 27 Maret 2022 “SUDAH kubilang berkali-kali, Sumi,” kata Sadun kepada adik perempuannya yang tersedu sedan di kaki pintu rumah kayunya. “Tak de faedah mengirim anak kite ke luar,” suaranya meninggi. “Batas SMP jak sekoleh. Kalau tak tertahankan hasratnye, SMA jak di Ketapang atau Sukadane. Eh, ini malah kaukuliahkan Blijung ke […]Read More
Suara Merdeka, 8 Agustus 2010 PESAWAT itu tinggal landas. Menyusur langit yang membentang biru keputihan. Ah, adakah yang peduli dengan apa yang mengeriap dalam diriku? Memang, hidup ini bukan tentang peduli-memeduli. Bukan juga tentang rasa yang makin dibunuh makin menyuluh. Aku tak akan menyeret Yusuf dalam khidmatnya perasaan ini karena laki-laki itu memang tak tampan. […]Read More