Tags : Esai Benny Arnas

MYEONGDONG: Hari yang Cerah Adalah Segalanya

Oleh Benny Arnas Two waterfalls don’t hear each other —Pepatah Afrika Mulanya Ted adalah pemuda Korea yang ramah. Ketika saya masih di Lubuklinggau, lajang 28 tahun yang unit apartemennya kami sewa lewat aplikasi Airbnb itu menjawab setiap pertanyaan saya dengan gaya bahasa yang hangat dan ekspresif. Ted bukan hanya meladeni keingintahuan (belakangan saya menyadarinya sebagai […]Read More

Bacaan 2024: Dari Darius hingga Kairos

_____ Hamdalah, hingga awal Oktober, 19 buku selesai dilahap. Biasanya unggahan ini dirilis akhir atau awal tahun, tapi saya tak sabaran berbagi pengalaman buku-buku yang memberikan saya banyak sekali pengetahuan dan pengalaman batin yang penuh kejutan. Buku Darius yang Agung adalah salah satu biografi terbaik yang saya baca. “Memikul beban” meneruskan kehebatan Kores yang Agung, […]Read More

Membaca Indonesia d(ar)i Dinding Leiden

Majalah Literabasa Edisi Juni 2024 (dalam versi yang berbeda terbit di gongkreatif.com, 3 Mei 2024) Oleh Benny Arnas Tujuh belas April 2024 sore, saya sempat keder ketika petugas imigrasi Bandara Schipol menanyakan maksud kedatangan saya ke Belanda sambil membentak-bentak karena warga negara Maroko sebelumnya malah digelandang petugas keamanan. Tanpa banyak ba-bi-bu, saya menyerahkan undangan dari […]Read More

Algoritma Biometrik, Rahasia, dan Negara

Oleh Benny Arnas Jawa Pos, 5 September 2022 Dua dekade terakhir, pemikiran-pemikiran mutakhir Djared Diamond (trilogi Guns, Germs, and Steel), Yuval Noah Harari (trilogi Sapiens), dan Smithsonian (Timeless of Everything), berhasil mengetengahkan data, telaah ilmiah, dan perspektif baru berbalut retorika naratif yang bernas. Paparan mereka tentang bagaimana dunia bergerak ke arah otomatisasi tidak bisa dianggap sebagai […]Read More