oleh Benny Arnas Suara Merdeka, circa 2011 Kepalanya lengkung pisang tanduk, kedua bola matanya berwarna magenta, telinganya adalah daun sirih yang sudah tua, mulutnya yang berlumur darah akan menampakkan taring yang menyerupai belalai gajah yang baru tumbuh. Anak itu melihat hantu. Katanya, jumlah hantunya banyak sekali. Herannya ia melihat hantu-hantu itu justru bukan di rumah […]Read More
sungai-sungai membelah tubuhnya basah, dalam hatinya air mengalir sampai rindu rindu mengular, memeluk jauhRead More
Ditemani nasi panas dan sambal tempe teri medan, alamakjang, asam padeh ini alangkah banditnya di lidah.Read More
… semua Yahudi yang saat ini menduduki Tanah Palestina tidak satu pun memiliki sampel DNA Bangsa Khazaria! Read More
Kematian, hari ini, adalah hiburan paling manjur bagi kebahagiaan yang selalu gagal menafkahi orang-orang yang kurang beruntung secara ekonomi, fisik, dan nasib baik. Tah, pada akhirnya orang kaya atau artis cantik atau Youtuber superkaya akan mati juga. Hal paling luar biasa yang turun ke Bumi yang kian renta ini adalah tetap tidak ditemukannya formula antikematian!Read More
Karena menampilkan foto bayi yang terbakar membuat unggahan ini potensial mendapat peringatan, penulis pun menggunakan tangkapan layar video pemuda sipil Palestina tanpa senjata dari dalam rekaman satelit Al Jazirah (sumber: @AJenglish)Read More
Palestina muslim, nasrani, dan yahudi sedang membaca Palestine Post (1940), sumber: www.palestineremembered.comRead More
Oleh Benny Arnas Koran Tempo, 31 Januari 2010 PERCAKAPAN mereka adalah gayung bersambut sepasang hati yang marun merahnya. Percakapan yang mengetuk gendang telinga penduduk langit. Percakapan sederhana dari sebuah kampung yang tak tertitik dalam peta, tak tertilik oleh sesiapa, pun tak terbetik dalam kabar. Namun, bila para nabi dan istri mereka, para sahabat nabi dan […]Read More
Oleh Benny Arnas Termaktub dalam antologi karya penulis terpilih (Emerging Writers) Ubud Writers & Reders Festival (UWRF) 2010 dengan judul “River Stones” terjemahan terjemahan Toni Polard. Alamakjang, seperti tak berotak saja apa yang berlaku di muka Anas! Ia benar-benar tak habis pikir, bagaimana penduduk menjadi sebegitu bodohnya. Mereka menyemen parit dengan batamerah, bahkan sebagian lebih gawat […]Read More
An elegy between a stubborn man and a poor boy Read More